Assalamu’alaikum, Saudaraku J
Apa kabar Imanmu hari ini? ^^ Semoga kita tidak lupa, dan
Saat itu, Umar dan para sahabat sedang melakukan perjalanan
Apa kabar Imanmu hari ini? ^^ Semoga kita tidak lupa, dan
senantiasa dalam penjagaan-Nya.
Berbicara tentang rukun iman yang ke-6 ini, manusia hanya
diberi tahu sedikit sekali apa-apa yang berkaitan tentangnya. Ialah rukun iman
terakhir setelah kepada Allah, Malaikat, Kitab-Nya. Rasul, dan Hari Kiamat.
Masih ingatkah kita? J
“Sesuatu yang misteri” setelah keyakinan terhadap hari kiamat.
Ya, ialah keyakinan kepada takdir.
Takdir itu apa sih? Ia adalah ketentuan Allah. Apa iya
langsung semata-mata Allah yang menentukan? Seperti kata orang kafir, “Kalau
aku hendak menjadi baik, tentu Allah sudah mentakdirkan aku menjadi orang baik.
Aku seperti ini (menjadi kafir) karena takdir!” Bisakah itu dibenarkan? Simak
terus ulasan berikut ini.
KISAH UMAR TENTANG TAKDIR
Saat itu, Umar dan para sahabat sedang melakukan perjalanan
ke luar kota Madinah. Di tengah perjalanan, tersiar kabar bahwa kota tujuan
mereka sedang terkena wabah penyakit. Dan para sahabat pun berunding apa yang
sebaiknya mereka lakukan, meneruskan perjalanan atau kembali pulang ke Madinah.
Salah satu di antara mereka bertanya kepada Umar, apa pendapat Umar. Lalu Umar
pun memberikan pendapat sebaiknya mereka serombongan pulang saja kembali ke
Madinah.
Salah seorang sahabat yang lain kemudian menanggapi, “Kenapa
tidak kita teruskan saja perjalanan ke kota itu? Kalau takdir Allah berkata
kita tidak terkena wabah, kita pasti tidak apa-apa. Kenapa engkau harus takut?
Berarti sekarang engkau sedang lari dari takdir Allah.” Begitulah kira-kira
bantahan sahabat jika disampaikan dengan gaya bahasa masa sekarang.
Umar pun menimpali, “Iya betul.” Di titik ini aku sedikit
terkejut bahwa Umar tidak membantah. Namun jawaban berikutnya menunjukkan
kepahamannya yang luar biasa terhadap konsep Takdir, “Aku sedang lari dari
takdir satu kepada takdir lainnya.”
PENJELASAN
Apakah Saudaraku sudah memahami maksud percakapan di atas?
Semoga saja sudah. Jika belum, semoga sedikit ulasan ini bisa membantu. Di
antara kita, mungkin ada yang bertanya-tanya, Apa yang Umar maksud “takdir
Allah yang satu kepada takdir Allah yang lain”?
Umar dan rombongan meneruskan perjalanan ke kota tujuan
dengan kemungkinan terkena wabah penyakit lebih besar itu merupakan “takdir
yang satu”. Sedangkan, kembali ke Madinah agar tidak terkena wabah itu
merupakan “takdir yang lain” dalam konteks kisah ini.
Umar mengatakan hal itu bukan berarti Umar takut kepada
takdir. Umar hanya berusaha memilih kemungkinan “takdir yang lebih baik” dari
kemungkinan “takdir yang lebih buruk” karena sangat mempertimbangkan maslahat
(manfaat) dan madharat (kerugian) saat memilih keputusan untuk ‘takdir’ orang
banyak.
Peristiwa ini mengajarkan hikmah bahwa takdir memang baru
diketahui ketika sudah terjadi. Tetapi jangan lupa, manusia sendirilah yang
membuat keputusan takdirnya mengarah kemana, kebaikan, atau keburukan (menurut
Allah maksudnya). Itulah mengapa diperlukan pertimbangan logis berdasarkan ilmu
saat mengambil keputusan-- yang berarti sedang memilih ‘takdir.’ Kita namakan pertimbangan-pertimbangan
itu ikhtiar (usaha).
Ketika sudah diputuskan pun, untuk menghindari kemadharatan
atas pilihan kita, karena apa yang akan terjadi masih misteri yang Allah
genggam, Allah sediakan istikhoroh dengan senjata berupa doa untuk dihalangi
dari keburukan pilihan. Di sinilah peran “prasangka baik” alias “khusnudzon”
terhadap segala ketentuan Allah menjadi sangat penting.
Bentuk implementasi iman yang ke-6
ini terwujud dalam “Keyakinan” bahwa Allah tidak akan membiarkan keburukan
menimpa hamba-Nya, sehingga manusia yang berharap hanya kepada Allah tentu
tidak akan mengalami kecewa berkepanjangan tatkala hasil tidak sesuai harapan.
ia tau Allah sedang memberinya
ujian kesabaran yang menggerakkannya melebihkan syukur pada nikmat yang lain.
Dan tidak berbahagia berlebihan tatkala hasil sesuai harapan, karena ia tahu
hasil itu bisa terwujud semata-mata atas kehendak Allah, sehingga ia tak boleh
lupa bersyukur dan bersabar dalam waktu yang bersamaan pula.
---
*tulisan ini terinspirasi dari penyampai materi Madrasah
Tulabiyah pekan lalu.
Madrasah Tulabiyah adalah program kuliah materi Islam yang
diadakan oleh Lembaga Pendidikan Islam Mujahidin (Lpim Uny) setiap
Senin-Rabu di Islamic Education Center Masjid Mujahidin
Uny pukul 16.00- selesai.
Kamis, 10 Maret 2016 @Selasar Qowwy
![]() |
| Sumber: |

Tidak ada komentar:
Posting Komentar