Senin, 14 Maret 2016

Takdir

Assalamu’alaikum, Saudaraku J

Apa kabar Imanmu hari ini? ^^ Semoga kita tidak lupa, dan
senantiasa dalam penjagaan-Nya.
Berbicara tentang rukun iman yang ke-6 ini, manusia hanya diberi tahu sedikit sekali apa-apa yang berkaitan tentangnya. Ialah rukun iman terakhir setelah kepada Allah, Malaikat, Kitab-Nya. Rasul, dan Hari Kiamat. Masih ingatkah kita? J “Sesuatu yang misteri” setelah keyakinan terhadap hari kiamat.
Ya, ialah keyakinan kepada takdir.
Takdir itu apa sih? Ia adalah ketentuan Allah. Apa iya langsung semata-mata Allah yang menentukan? Seperti kata orang kafir, “Kalau aku hendak menjadi baik, tentu Allah sudah mentakdirkan aku menjadi orang baik. Aku seperti ini (menjadi kafir) karena takdir!” Bisakah itu dibenarkan? Simak terus ulasan berikut ini.

KISAH UMAR TENTANG TAKDIR

Saat itu, Umar dan para sahabat sedang melakukan perjalanan
ke luar kota Madinah. Di tengah perjalanan, tersiar kabar bahwa kota tujuan mereka sedang terkena wabah penyakit. Dan para sahabat pun berunding apa yang sebaiknya mereka lakukan, meneruskan perjalanan atau kembali pulang ke Madinah. Salah satu di antara mereka bertanya kepada Umar, apa pendapat Umar. Lalu Umar pun memberikan pendapat sebaiknya mereka serombongan pulang saja kembali ke Madinah.

Salah seorang sahabat yang lain kemudian menanggapi, “Kenapa tidak kita teruskan saja perjalanan ke kota itu? Kalau takdir Allah berkata kita tidak terkena wabah, kita pasti tidak apa-apa. Kenapa engkau harus takut? Berarti sekarang engkau sedang lari dari takdir Allah.” Begitulah kira-kira bantahan sahabat jika disampaikan dengan gaya bahasa masa sekarang.

Umar pun menimpali, “Iya betul.” Di titik ini aku sedikit terkejut bahwa Umar tidak membantah. Namun jawaban berikutnya menunjukkan kepahamannya yang luar biasa terhadap konsep Takdir, “Aku sedang lari dari takdir satu kepada takdir lainnya.”

PENJELASAN

Apakah Saudaraku sudah memahami maksud percakapan di atas? Semoga saja sudah. Jika belum, semoga sedikit ulasan ini bisa membantu. Di antara kita, mungkin ada yang bertanya-tanya, Apa yang Umar maksud “takdir Allah yang satu kepada takdir Allah yang lain”?

Umar dan rombongan meneruskan perjalanan ke kota tujuan dengan kemungkinan terkena wabah penyakit lebih besar itu merupakan “takdir yang satu”. Sedangkan, kembali ke Madinah agar tidak terkena wabah itu merupakan “takdir yang lain” dalam konteks kisah ini.

Umar mengatakan hal itu bukan berarti Umar takut kepada takdir. Umar hanya berusaha memilih kemungkinan “takdir yang lebih baik” dari kemungkinan “takdir yang lebih buruk” karena sangat mempertimbangkan maslahat (manfaat) dan madharat (kerugian) saat memilih keputusan untuk ‘takdir’ orang banyak.

Peristiwa ini mengajarkan hikmah bahwa takdir memang baru diketahui ketika sudah terjadi. Tetapi jangan lupa, manusia sendirilah yang membuat keputusan takdirnya mengarah kemana, kebaikan, atau keburukan (menurut Allah maksudnya). Itulah mengapa diperlukan pertimbangan logis berdasarkan ilmu saat mengambil keputusan-- yang berarti sedang memilih ‘takdir.’ Kita namakan pertimbangan-pertimbangan itu ikhtiar (usaha).

Ketika sudah diputuskan pun, untuk menghindari kemadharatan atas pilihan kita, karena apa yang akan terjadi masih misteri yang Allah genggam, Allah sediakan istikhoroh dengan senjata berupa doa untuk dihalangi dari keburukan pilihan. Di sinilah peran “prasangka baik” alias “khusnudzon” terhadap segala ketentuan Allah menjadi sangat penting.

Bentuk implementasi iman yang ke-6 ini terwujud dalam “Keyakinan” bahwa Allah tidak akan membiarkan keburukan menimpa hamba-Nya, sehingga manusia yang berharap hanya kepada Allah tentu tidak akan mengalami kecewa berkepanjangan tatkala hasil tidak sesuai harapan.
ia tau Allah sedang memberinya ujian kesabaran yang menggerakkannya melebihkan syukur pada nikmat yang lain. Dan tidak berbahagia berlebihan tatkala hasil sesuai harapan, karena ia tahu hasil itu bisa terwujud semata-mata atas kehendak Allah, sehingga ia tak boleh lupa bersyukur dan bersabar dalam waktu yang bersamaan pula.
---
*tulisan ini terinspirasi dari penyampai materi Madrasah Tulabiyah pekan lalu.
Madrasah Tulabiyah adalah program kuliah materi Islam yang diadakan oleh Lembaga Pendidikan Islam Mujahidin (Lpim Uny) setiap Senin-Rabu di Islamic Education Center Masjid Mujahidin Uny pukul 16.00- selesai.

Kamis, 10 Maret 2016 @Selasar Qowwy

Sumber: muhammadrizqigumilar.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar