Kamis, 16 November 2017

Asma Amanina

Sebuah lagu melantun syahdu didengarkan sepasang suami-istri berusia muda.
Allah ghayyatuna
Arrasul qudwatuna
Alquran dusturuna
Aljihad sabiluna
Almautu fiisabilillah, Asma Amanina

2007
Suatu siang menjelang sore di sebuah sekolah diniyah (agama), seorang ustadz bertanya pada murid-muridnya,
"Hari ini saya akan bertanya apa cita-cita kalian."
Bergantian sang murid menyampaikan cita-cita mereka.
"Aku ingin jadi orang kaya."
Si ustadz tersenyum mengaminkan, "Bagus. Kenapa ingin jadi kaya?"
Si murid tadi menjawab, "Supaya bisa ngasih orang lain, tadz. Bisa beli apa aja."
Ustadz manggut-manggut.
"Berikutnya!"
"Saya ingin jadi pemilik perusahaan komputer," ujar seorang murid berkaca mata.
"Bagus. Kenapa?"
"Saya ingin menjadi salah satu pengembang teknologi di Indonesia supaya gak ketinggalan zaman."
Ustadz kembali tersenyum.
Lalu berkata, "Lanjut!"
Dengan malu-malu seorang murid perempuan ini berkata, "Saya ingin bertemu Allah."
Deg. Hati ustadz serasa disiram air sejuk, "Kenapa kamu ingin bertemu Allah?"
Si murid perempuan ini berkata, "Ustadz bertanya cita-cita, itu berarti tujuan hidup tertinggi. Saya ingin bertemu Allah yang sudah menciptakan saya. Saya cinta Allah. Kalau Allah di neraka, saya akan kesana, karena Allah di surga, saya pun ingin kesana."
Ustadz sejenak menunduk. Sebenarnya hanya ingin menyembunyikan air mata yang hampir tumpah. Saat menegakkan kepala, ustadz berkata, "Istiqomahlah kamu. Semoga Allah kabulkan keinginanmu."
Siang itu pun terasa lebih sejuk, dan menjadi memori berkesan di hati murid-murid sekolah diniyah.

Kembali ke sepasang suami-istri berusia muda yang sedang mendengarkan lagu tadi. Bunda membuka pembicaraan,
"Anak SMP tadi hebat ya Yah, memilih bertemu dengan Allah sebagai cinta dan muara kehidupan baginya. Ya, asma amanina (cita-cita tertinggi). Kita juga kan?"
Ayah menanggapi, "Anak itu pasti merasakan nikmatnya iman. Tentu saja kita juga. Pernikahan kita juga semata-mata untuk menggenapkan separuh agama."
"Kini murid-murid ustadz itu satu per satu sudah menikah dan berkeluarga."
"Bunda kenal anak perempuan itu?"
Bunda hanya menatap Ayah tersenyum. Hatinya merindukan masa-masa yang indah menimba ilmu agama bersama sang ustadz.

Allah adalah tujuan kami
Rasulullah tauladan kami
Al quran pedoman hidup kami
Jihad adalah jalan juang kami
Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi.

1 komentar:

  1. Mba Zulfa, tulisannya bagus. Hanya perlu perhatikan penulisannnya saja, biar lebih rapi.😊
    Terimakasih

    BalasHapus