Cerita 1
Ada seorang laki-laki yang sangat baik hati. Orang ini ketika berbicara hanya kata-kata baik yang keluar dari lisannya. Ketika bertindak tanduk pun sama, seolah-olah hanya kebaikan yang tampak. Ia bergaul dengan siapa saja. Namun yang unik, ia terlihat tidak terpengaruh dengan kata-kata maupun tindakan temannya yang buruk, seperti ada filter tak kasat mata. Ia termotivasi, mengingat, dan meniru hal-hal yang baik saja. Setidaknya begitulah kesan teman yang berada di sekitarnya. Ia jadi nampak polos, lugu, dan jujur. Namun sebenarnya, ia sangat kharismatik dan dihargai orang sekitarnya.
Cerita 2
Ada seorang laki-laki yang sangat menyebalkan. Orang ini ketika berbicara ingin terlihat paling hebat, sehingga ia seringkali berdebat dengan siapapun yang diajak bicara olehnya. Pilihan kata-katanya seolah-olah disengaja untuk menyakiti lawan bicaranya. Ketika bertindak tanduk, ia semaunya sendiri dan tidak mau dimintai bantuan. Orang ini membuat tanpa sadar orang lain enggan berada di dekatnya. Ia nampak seolah-olah bahagia di atas penderitaan orang lain.
Apakah Anda sudah baca kedua cerita di atas?
Bagaimana reaksi hati Anda, lebih nyaman membaca cerita 1 atau cerita 2?
Inilah yang dinamakan fitrah. Fitrah adalah sesuatu kecenderungan asal manusia yang dibawa sejak lahir. Cinta kebaikan, keindahan, kejujuran, keadilan adalah fitrah asal manusia. Jika Anda merasa senang, bahagia dan ingin bertemu sosok orang di cerita pertama, artinya Anda masih sedang merasakan hati yang mengikuti fitrah. Namun terkadang manusia tak jarang mengabaikan fitrah lantaran mengikuti hawa nafsu. Manusia yang terlalu sering mengabaikan alarm fitrah bisa dikatakan ia durhaka dan hendaknya ia segera kembali untuk taat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar