"Jreng.. jreng..jreng..," suara petikan gitar terdengar nyaring dari depan jalan rumah tetangga. Arum yang sedang duduk-duduk di teras menduga suara gitar itu milik pengamen.
.
Ah masuk rumah aja sebelum pengamennya nyampai sini, batin Arum. Namun sebagian hatinya berbisik, kenapa kamu lari, Rum, supaya ndak perlu ngasih gopek? Sedekah, Rum. Masa beli pulsa minimal enam ribu, sedekah engga nyampai segitu aja berat? Ini hari jumat lagi.
.
Arum pun sejenak berpikir. Ia ikuti hatinya yang berbisik untuk tetap duduk tidak jadi masuk ke dalam rumah. Sekalian dengerin lagu gratis ah, hibur Arum dalam hati. Ia berencana membiarkan pengamen menyanyi sebuah lagu lalu ia beri recehan gopek.
.
Tibalah saatnya si pengamen datang. Bukannya bernyanyi, pengamen paruh baya dengan kaki pincang itu menyapa si Arum. Karena disapa, Arum mendekat dan bersalaman dengan orang itu.
.
"Assalamualaikum Bu. Bu ibu, ibu kan orang baik, begini Bu, aku baru aja ditinggal mati ibuku. Uangku habis padahal mau pulang ke desa. Istriku nunggu di terminal. Aku butuh uang juga buat beli beras. Tolong ya Bu."
.
Arum pun masuk rumah. Uang habis beli pulsa ada kembalian lima belas ribu, itu aja, semoga cukup, kalkulasi Arum dalam hati. Saat diberikan pada pengemis, ucapan terima kasih didapat Arum. Namun ternyata si pengemis belum mau pergi. Ia malah bercerita,
.
"Oiya Bu, satu lagi. Anakku butuh Al Qur'an. Al Qur'an di rumahku digigit tikus. Bukannya bohong ya Bu. Anakku perempuan pengen beli."
.
Arum tercengang. Pengemis ini sudah dikasih masih minta lagi? Arum pun menjawab, "Saya ada Al Qur'an. Bisa langsung dibawa."
.
Pengemis itu berkelit berusaha meyakinkan, "Ah anak saya masih muda biar dia yang membeli sendiri Al Qur'an kesukaannya. Kalau dia baca Qur'an dari ibu, pahalanya buat ibu selamanya. Nama siapa? Nanti dia bisa bantu ibu kerja gratis di rumah ini. Rumah saya di kota X."
.
Arum berpikir di satu sisi ia tak ingin menolak orang yang meminta Al Qur'an tetapi uangnya tinggal dua lembar warna biru. Akhirnya mau tak mau ia keluarkan selembar uang birunya sambil berdoa semoga kelak ada rezeki lebih baik yang menggantinya.
.
Si pengemis mengucapkan terima kasih dan berlalu pergi. Arum masih merasa tercengang dan terus saja mensugesti positif apa yang dilakukannya tadi tidak salah. Iya, kan?
.
Arum pun berpikir bahwa siapa tau pengemis tadi adalah malaikat yang dikirim Allah untuk membersihkan hartanya. Ia belum bersedekah bulan ini. Allah sayang padanya sehingga cara melatih ia ringan tangan berinfaq dengan mendatangkan pengemis tadi.
.
Arum pun segera melupakan peristiwa itu sampai saat jumat berikutnya tiba, pengemis itu datang lagi mengemis di sekitar rumahnya saat ia sedang berkendara keluar rumah. Syukurlah, pengemis itu masih manusia betulan bukan jadi-jadian yang akan membuat Arum semakin merinding.
.
Ah masuk rumah aja sebelum pengamennya nyampai sini, batin Arum. Namun sebagian hatinya berbisik, kenapa kamu lari, Rum, supaya ndak perlu ngasih gopek? Sedekah, Rum. Masa beli pulsa minimal enam ribu, sedekah engga nyampai segitu aja berat? Ini hari jumat lagi.
.
Arum pun sejenak berpikir. Ia ikuti hatinya yang berbisik untuk tetap duduk tidak jadi masuk ke dalam rumah. Sekalian dengerin lagu gratis ah, hibur Arum dalam hati. Ia berencana membiarkan pengamen menyanyi sebuah lagu lalu ia beri recehan gopek.
.
Tibalah saatnya si pengamen datang. Bukannya bernyanyi, pengamen paruh baya dengan kaki pincang itu menyapa si Arum. Karena disapa, Arum mendekat dan bersalaman dengan orang itu.
.
"Assalamualaikum Bu. Bu ibu, ibu kan orang baik, begini Bu, aku baru aja ditinggal mati ibuku. Uangku habis padahal mau pulang ke desa. Istriku nunggu di terminal. Aku butuh uang juga buat beli beras. Tolong ya Bu."
.
Arum pun masuk rumah. Uang habis beli pulsa ada kembalian lima belas ribu, itu aja, semoga cukup, kalkulasi Arum dalam hati. Saat diberikan pada pengemis, ucapan terima kasih didapat Arum. Namun ternyata si pengemis belum mau pergi. Ia malah bercerita,
.
"Oiya Bu, satu lagi. Anakku butuh Al Qur'an. Al Qur'an di rumahku digigit tikus. Bukannya bohong ya Bu. Anakku perempuan pengen beli."
.
Arum tercengang. Pengemis ini sudah dikasih masih minta lagi? Arum pun menjawab, "Saya ada Al Qur'an. Bisa langsung dibawa."
.
Pengemis itu berkelit berusaha meyakinkan, "Ah anak saya masih muda biar dia yang membeli sendiri Al Qur'an kesukaannya. Kalau dia baca Qur'an dari ibu, pahalanya buat ibu selamanya. Nama siapa? Nanti dia bisa bantu ibu kerja gratis di rumah ini. Rumah saya di kota X."
.
Arum berpikir di satu sisi ia tak ingin menolak orang yang meminta Al Qur'an tetapi uangnya tinggal dua lembar warna biru. Akhirnya mau tak mau ia keluarkan selembar uang birunya sambil berdoa semoga kelak ada rezeki lebih baik yang menggantinya.
.
Si pengemis mengucapkan terima kasih dan berlalu pergi. Arum masih merasa tercengang dan terus saja mensugesti positif apa yang dilakukannya tadi tidak salah. Iya, kan?
.
Arum pun berpikir bahwa siapa tau pengemis tadi adalah malaikat yang dikirim Allah untuk membersihkan hartanya. Ia belum bersedekah bulan ini. Allah sayang padanya sehingga cara melatih ia ringan tangan berinfaq dengan mendatangkan pengemis tadi.
.
Arum pun segera melupakan peristiwa itu sampai saat jumat berikutnya tiba, pengemis itu datang lagi mengemis di sekitar rumahnya saat ia sedang berkendara keluar rumah. Syukurlah, pengemis itu masih manusia betulan bukan jadi-jadian yang akan membuat Arum semakin merinding.

Tulisannya bagus, tp tampilan halaman di tulisan ini mba rada kesulitan saya mbacanya. Warna tulisan krg sinkron dg background tulisan. Jika tulisan warna putih, sbaiknya pakai background warna gelap biar muncul tulisannya. Hehehehe. Terima kasih
BalasHapus