Senin, 30 Desember 2013

Asyiknya Belajar Renang Pertama

Alhamdulillah, akhirnyaa :D
Bisa juga kesampaian satu mimpiku yang lain.
Apa itu?
Yap,
Berenang!
hehe

Bersama teman-teman Elqowiers, yakni Mbak Ninik, Hilma, Nunuk, Dena, dan Husna, kami menuju salah satu kolam renang di Jakal (alias Jalan Kaliurang km 14,5 Yogjakarta. Mau tau nama kolam renangnya? Namanya Salsabila. Dan kolam ini khusus akhwat (alias perempuan). Hanya berbekal biaya sewa Rp7.500,00 per orang, kita bisa memakai rumah ini sepuasnya. Boleh untuk berenang, duduk santai di pinggir kolam, dan yang paling asyik banyak air untuk bermain.hehe

Pengalaman pertama belajar renang ketika umur 5 tahun. Dan kini, setelah 14 tahun kemudian, aku bertemu lagi dengan kolam untuk berenang. Pernah sih ke kolam renang, tapi cuma gigit jari melihat adik laki-lakiku berenang kesana-sini seperti lumba-lumba. Hemm. Alhamdulillah, setelah sekian lama aku menunggu kesempatan yang tepat (karena beberapa kali batal setelah merencanakan), di minggu tenang ini, Ahad, 29 Desember 2013 akhir semester 5, aku "nyemplung" air!

Gembira? Jelas! :) Tapi sepadan dengan rasa gugup yang menjalar di tubuh seketika seluruhnya tercelup air, menyisakan batas leher dan kepala. Aku tidak terbiasa selama 14 tahun terakhir berada di dalam air. Dan ini untuk pertama kali setelah sekian lama. Kakiku masih belum langsung refleks bergerak-gerak. Tapi aku sudah bertekad ingin belajar di kedalaman 1,5 meter ini. Melawan perasaan rendah diri melihat yang lain ternyata sudah bisa, muncul perasaan baru yang sangat kuat untuk juga BISA. Mereka bisa, berarti aku nantinya juga bisa. Sesederhana itu. Aku hanya harus terus belajar, berusaha, tidak menyerah, menambah usaha, lalu bertawakkal. Yes, insya allah akhirnya PASTI bisa. Hanya soal waktu.

Pertama-tama aku memegang tiang tepi kolam untuk menyesuaikan diri dulu di air. Ternyata tinggiku yang 165 cm ini menguntungkanku tetap bisa berdiri di kedalaman kolam 150 cm. Sambil melihat gaya teman-teman menggerakkan kaki dan tubuh, aku mencoba menggerak-gerkkan kaki. Seorang teman tahu aku sedang belajar dan memberiku tips agar bisa berenang. Ini dia:

1. Buat sepanjang badan sampai kaki bisa sejajar (horizontal) dengan permukaan air.
Nah, ini dia tantangan pertamaku. Jelas sekali posisi masuk ke airku ini tegak lurus (vertikal) terhadap permukaan air. Berarti bagaimanapun caranya, tubuhku harus bisa mengapung, bukan?
Supaya kakiku bisa berkecipak seperti sirip ikan, atau ekor duyung. hehehe

2. Untuk bisa melakukan itu, bagi pemula, pegang dulu tiang tepi kolam. Usahakan lengan lurus agar otot tangan tidak tertarik terlalu kuat. Tarik kaki ke belakang tubuh sampai lurus dengan permukaan air.
Detik-detik berikutnya adalah proses sampai bisa melakukannya. Karna bila belum pernah ke air seperti aku selama ini, kaki yang harus digerak-gerakkan di air cenderung hanya berada di bawah tubuh. Ikut gaya gravitasi. Seperti aku hari ini, lamaaa sekali sampai akhirnya tubuhku bisa terapung. Itupun belum terapung, hanya sejajar. Meski begitu, ternyata aku bisa terlentang di atas air lebih dulu. Kog bisa?

Begini ceritanya. Ketika aku sibuk fokus agar kakiku bisa ke permukaan air, ada teman mempraktikkan gaya terlentang itu. Kupikir itu akan membantuku mengapung. Maka kulihat caranya, kedua kaki menempel tiang pinggir kolam dekat tangan yang sedang berpegangan di tepian kolam itu sendiri, perlahan lepaskan tangan saat kepala sudah berada di permukaan air dengan posisi menengadah ke atas. Biarkan telinga terendam air, dia tidak akan terasa kemasukan air seperti ketika mandi. Saat kaki dan badan sudah lurus di permukaan air seperti orang tidur, akhirnya kita sudah terlentang. Biar bertahan, jangan gerakkan kepala dari posisi tengadah ke posisi lain karna itu kunci keseimbangannya.

3. Ringankan tubuh dengan menenangkan diri ketika di dalam air. Berhenti menggerakkan kaki dulu untuk fokus mengusahakan dorongan pinggul ke permukaan air. Tetep perlahan dorong, nanti lama-lama kaki bisa naik ke belakang tubuh sejajar permukaan air.

4. Ini nih yang paling penting, lepasin tanganmu. Siapkan dulu nafas yang cukup, lalu biarkan wajahmu menghadap air dan tercelup seketika posisi terapung itu berhasil. Seharusnya tahan dulu nafas itu sampai badan benar-benar bisa terbawa air dengan posisi terapung.

Pengalaman pertamaku belum terlalu kuat menahan nafas dan langsung turun lagi kakiku. Tak apa, coba lagi :) Semakin lama akan tahu sendiri bagaimana berposisi.

Nah setelah mencoba-coba seperti itu, aku selingi dengan berjalan di dalam air dan mencoba gerakan tangan dan kaki sekaligus. Jangan takut badan tenggelam di air. Kalau mulai terasa sesak di dada, rileks dulu. Sebenarnya, sensasi tekanan di dada itu karena kita sedang berada di dalam air. Jadi rilekslah, jika butuh ke tepi kolam, perlahan-lahan saja. Aku sangat menikmati pengalaman berenang ini. Semoga teman-teman juga punya pengalaman yang lebih menyenangkan. Ingat, nikmati prosesnya. Jangan mudah menyerah, dan terus mencoba lagi baik yang sudah pandai atau yang belum.

Satu lagi, setiap orang punya tekniknya masing-masing, dan belum tentu sama. Kalau teknikku ini ternyata berbeda denganmu, mungkin saja itu terjadi. Jadi terbukalah untuk mencoba teknik baru sesuai gayamu. dan tetap berhati-hati. Ini di dalam air lho..

Buat yang sudah bisa, semangat berbagi ya ;)
Berenang itu menyenangkan...
Tips ke 5,, agendakan jadwal rutin berenang ya.. agar tidak lupa lagi tekniknya :)
Semangaaaattt.. Semoga bermanfaat

Jumat, 20 Desember 2013

Menggapai Cita-cita dengan Tekad

Setelah maghrib tadi, ada kajian tentang "Menggapai cita-cita/mimpi" yang disampaikan oleh Ustadz Solihun di Masjid Mujahidin UNY. Alhamdulillah peserta kajian di lajur akhwat lebih banyak dari biasanya. Kog ya pas banget temanya :)

Satu cerita yang begitu berkesan bagiku, ketika Ustadz menyampaikan kisah kesungguhan seorang mahasiswa Universitas Islam yang sedang mengambil program I'dad lughowi . Sebut saja Mas Azzam. Kisahnya dimulai setelah ia mendatangi kajian tafsir oleh syaikh terkemuka. Setelah mengikuti kajian tersebut, mas Azzam ini hatinya tertarik untuk mendalami tafsir sehingga berniat merubah jurusan yang akan diambilnya. Ia pun menemui syaikh pemateri tafsir tadi dan mengutarakan keinginannya. Ia melakukan hal tersebut karna bermaksud melanjutkan studinya itu ke Universitas di Madinah, maka dari itu harus berbekal rekomendasi dari syaikh ahli jurusan yang ingin ia dalami, yakni tafsir.

Syaikh ahli tafsir tadi memiliki satu syarat, jika dalam waktu 3 bulan Mas Azzam ini bisa hafidz Qur'an, insya Allah beliau dapat memberikan rekomendasi untuk perkuliahannya di Madinah Al Munawaroh. Pemuda ini agak terkejut dengan syarat syaikh, tetapi faham manfaat dan maksud syaikh memberi syarat tersebut. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk istikhoroh terlebih dahulu dan pulang menemui ibunda tercinta.

Pemuda ini sujud memohon izin pada Ibunda agar direstui menghafal al Qur'an selama 3 bulan dan sementara tidak lanjut program i'dad. Si ibu pun merestui. Maka dimulailah proses hafalan Qur'an oleh Mas Azzam. Beruntung ada informasi seorang ustadz di daerah Bogor yang menerima jumlah setoran hafalan tak dibatasi jumlahnya setiap hari dan siap membimbing hingga hafidz Qur'an.

Pada bulan pertama, mas Azzam membaca Al Qur'an sampai khatam setiap hari. 30 juz sehari. Sungguh kuat sekali tekadnya. Mas Azzam hanya membaca saja, membiasakan lisannya untuk melafalkan bacaan-bacaan Al Qur'an hingga 30 hari penuh. Memasuki bulan kedua, Mas Azzam mulai menyusun hafalan Qur'an dari kebiasaan ia mengkhatamkan Qur'an setiap hari. Dan terus ia lakukan hingga pada bulan ketiga, hafalan-hafalan Qur'an pun mengalir lancar dan berhasil ia penuhi seluruh 30 juz.
SubhanaLlah.

Kuliah di Madinah pun terwujud. Ia pernah mambagi kisahnya ini dan mengutarakan bagaimana kisah sukses hafalan Qur'an dan kuliahnya di Madinah. Sebelum memutuskan berniat hafal Qur'an selama 3 bulan, ia sebenarnya juga bimbang dengan keinginan lainnya, yakni menikah. Namun, dengan kebulatan tekadnya, ia memutuskan menahan sebentar untuk fokus pada cita-cita prioritasnya menjadi Hafidz. Selama kuliah di Madinah pun, ia tak berpikir macam-macam keinginan. Agar fokus lulus kuliah saja dahulu, tujuannya mencari ridho Allah.

Saat diberi kesempatan berhaji sekalian, mas Azzam memohon kepada Allah agar hidupnya penuh manfaat bagi orang sekitar dan lingkungan. Ia ingin diberi kesempatan berkunjung ke berbagai negara di dunia. Kini, beliau telah mewujudkan impiannya, belajar S2 Qiro'ah Asyroh di Pakistan hingga lulus. Telah pergi melalanglang buana juga ke berbagai negara seperti Inggris, Turki, Suriname (bahkan sempat membawa pulang orang Suriname ke Jawa), dan berbagai negara lainnya. Domisili beliau kini di Jakarta sebagai pendiri sebuah pesantren hifidzil Qur'an dengan lulusan santrinya yang sudah tak terhitung.

Suatu kenyataan memang tidak selalu sama dengan impian, namun tanpa impian, tak ada kekuatan untuk mengubahnya menjadi kenyataan. Maka bermimpilah :) Jangan takut bermimpi, karna Allah akan memeluk mimpi-mimpi kita dan membantu mewujudkan semua impian kita menjadi nyata sekuat usaha kita mewujudkannya!

NB: Azzam berarti tekad yang kuat. Mas Azzam hanyalah nama alias, namun kisah ini diceritakan mengangkat dari kisah nyata.

Rabu, 18 Desember 2013
Bumi Istimewa, Yogyakarta

ttd

Zulfa Fadha'il Izzah