Senin, 24 Februari 2014

Kalau Ilmu Sudah Terpatri

Sudah lama aku tak merasakan sensasi ini. Menjadi seorang pembelajar sejati dari kehausan ilmu. Entah kemarin-kemarin mengapa tak bisa segera menyadarinya? Ya, sudah penuh rasa bosan di setiap sudut pikiran, fisik, dan hati. Ternyata kuncinya sederhana. Membuka diri untuk mencoba hal yang jarang dilakukan. Istilah singkatnya, variasi. Ketika bosan melulu menghadapi kesibukan organisasi dan tuntutan tugas sebagai pelajar, selingi dengan mencoba hal-hal baru (yang positif tentunya), atau mencari pengetahuan di bidang yang tak kita geluti. Kalau biasanya berada di suasana bahasa inggris dalam keseharian, boleh banget kalau sekali-sekali nyari pengetahuan tentang sains.

Aku jadi mengerti, mengapa ketika kuliah ini terasa lebih membosankan dibanding SMA. Eits, tapi tidak semua orang begitu juga. Kupikir sebabnya karena banyak pelajaran di SMA itu sebagai suatu hiburan ketika penat di satu mata pelajaran tertentu, ada mata pelajaran lain yang menghibur. Kalau di kuliah? namanya juga penjurusan, tentu saja materinya spesifik bidang yang digeluti. Bagi yang tak menyelingi aktivitas belajarnya (fikri) dengan aktivitas penyeimbang jasmani (fisik), dan rohani (hati), dia akan cepat kolaps. Kalau sudah begitu, tinggal tunggu waktu, manakah salah satu dari bagian penyusun tubuh ini yang sakit.

Berbeda dengan seseorang yang sudah bisa mengelola diri sendiri. Ia mencukupi tubuh lewat pemberian "makanan" sehari-hari dengan seimbang setiap hari pada masing-masing aspek. Untuk hati ia mengisi dengan kedekatan pada Penciptanya; untuk fisik ia berolahraga dan makan teratur dengan pola perilaku sehat; dan untuk pikiran ia mengisinya dengan ilmu yang bermanfaat. Itu semua dilakukan tidak menunggu satu minggu atau sebulan berlalu hingga hati (qalbu) kering atau daya pikir menjadi tumpul. Tetapi teratur dan terpedulikan dengan tertib. Dengan demikian, manusia ini akan sehat lahir batin.

Tak perlu terlampau berlebihan menyesali, karna ketika belum bisa, proses menyadari itu sebuah karunia yg besar. Dan ketika terus berproses dengan tekad menuju lebih baik, itu akan menjadi benar-benar bisa di suatu masa di antara waktu-waktu nendatang. Yang perlu dilakukan adalah menyempurnakan ikhtiar dan terus menaruh harapan akan hasil terbaik.

Kata sahabatku, berfokuslah pada apa yang bisa dilakukan untuk membuat hari ini lebih baik dari hari kemarin. Lakukan yang terbaik. Dan lupakan yang sudah dilakukan kemarin.
Tetap semangat!

Zulfa Fadha'il Izzah
10.29 WIB 24 Februari 2014
Selasar rumah cinta yang kuat


Minggu, 23 Februari 2014

Jalan Cinta Para Pejuang

Aku tau engkau bersedih
Aku tau engkau terluka
Aku tau kau merasa berbeda

Tapi engkau juga harus tau
Dahulu, ada yang menangis lebih banyak
ada yang terluka lebih dalam
Dan ada yang diasingkan melebihi orang gila

Bukan, ini bukan pembelaan
Juga bukan ratapan duka
Hanya seuntai kata, bahwa
Selamanya yang berujung bahagia
itu berawal dari nestapa lara
para pelakunya

Maafkan, maafkan,
seharusnya kalam terkasat mata
seperti permata bersilauan
Hanya karna tak sempurna membawa,
bagimu nampak debu permukaan

Lihatlah dengan permata hatimu
Saudaraku,,
Bahwa kebaikan, selamanya tetaplah permata
Bahwa keburukan, selamanya tetap tampak asalnya

Dari sini, aku meminta
segalanya tuk ikhlaskan alfa
Semuanya yg tampak berdebu
tulus dari qalbu daku merindu
aliran embun sejuk maafmu

Iringilah melangkah
kaki kita bersama-sama
Dalam ukhuwah yang indah
Surga dalam mata, hati kita

Teruslah kokoh bagai baja
Teruslah kokoh bangunan kita
Islamlah tujuan
Ridho Allah dalam genggaman

------------
Teruntukmu yang sedang merajut benang-benang persaudaraan Islam yang agung tak mengenal ruang dan waktu..
Bercita-citalah dalam goresan mimpimu, kita semua bertemu lagi kelak di surga-Nya. Insya Allah.
Bismillah...

Ahad, 5 januari 2014, ruang KHD FIS UNY lantai 2, pukul 16.11 WIB

Jumat, 21 Februari 2014

Meski Satu, Itu Berharga

"Lin, mana ya si Desi? katanya tadi mau ke bank depan kampus sebentar, tapi ini udah setengah jam kog belum datang?" tanya Devi.
"Sebentar lagi mungkin, kita tunggu aja,"ujar Linda menenangkan. Kemana ya si Desi. Semoga dia baik-baik aja. Dia harus datang. Tugas ini bakal ringan kalau ada minimal satu lagi yang datang, perasaan khawatir Linda hanya ia pendam dalam hati.
Dan rapat untuk agenda besok pun tetap berlanjut.

Di saat sedang pembahasan tugas konsumsi, Desi datang dengan tergopoh-gopoh.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam," jawab Linda, Devi, dan beberapa kawan lain serempak.
Linda tersenyum lega. Devi malah langsung menghambur ke Desi seperti lama tak berjumpa.
Rapat terhenti sejenak.
"Dari mana saja Deesii?" berondong Devi tak sabaran.
"Hehe maaf  ya, aku tadi muter dulu jalannya lewat sebelah masjid jadi lebih jauh, habisnya pintu bank dari dalam kampus ternyata tutup," jelas Desi sambil membuka tutup minum. Haus habis jalan kaki jauh.
"O..."
"Yaudah yuk, lanjutin lagi rapatnya. Maaf udah bikin khawatir kalian," kalau digambar emo, ekspresi Desi ini matanya lagi sipit saking lebarnya senyumnya.
"Siaapp"
- - -

Hari itu si Linda akhirnya bisa tersenyum lega bukan, ketika ada satu orang saja yang hadir lagi dalam rapat? Baginya, itu berarti ada satu orang lagi yang siap berbagi tugas dengan yang lain. Pundak-pundak untuk memikul beban yang katakanlah hanya 4 orang di awal, menjadi 5 orang karena ada satu yang bergabung. Nah, ternyata satu orang saja begitu berharga.

Jika dirimu salah satu dari orang-orang itu, jangan pernah merasa bahwa teman-temanmu yang lain tidak merasa kehilanganmu saat kau tak hadir dalam sebuah acara. Setitik dalam hati mereka akan ada perasaan, "Si A kog ga hadir ya?" Lihat, ternyata mereka sedang memikirkanmu! Dan meskipun dirimu seringkali berhalangan saat ada acara yang dirimu jadi panitia, jangan pernah sungkan untuk tetap datang di hari-hari berikutnya saat acara itu sudah selesai. Yakinlah, dalam hati mereka merindukan kedatanganmu. Bahkan ketika rapat sering mangkir, ketika hari H baru sempat waktu untuk datang, jangan ragu untuk datang membantu kawanmu. Banyak kesempatan untuk membayar ketidakhadiranmu :) karena satu orang itu begitu berharga.

21 Februari 15.38 WIB
di rumah ormawa Al Ishlah-Geografi
 Matahari atau Mutiara? Apapun. setiap hal pasti berharga

Minggu, 02 Februari 2014

Masa Lalu & Menyambung Silaturahmi

Bismillah..

Alhamdulillah..
(cukup sekian^^lho?gak gak..ini baru mau dimulai ceritanya)
Di awal ucapan tahmid untuk ekspresi syukur :)
Segala puji milik Allah, setelah sekian lama belum ada kesempatan mengunjungi sekolah dasar di MI Islamiyah, akhirnya kemarin 1 Februari 2014, aku bisa silaturahmi di sekolah lama.

Di sana tak hanya sendiri, bersama 6 orang lainnya yang datang secara terpisah (kayak iklan mainan di tipi^^v), sebut saja Aulia, Dedi, Fauzi, Hammam, Herini, Tio (Sayang sekali belum semua teman-teman MI bisa berkumpul lagi. Semoga dalam lindungan Allah selalu :); kami mencari guru masa-kecil-kami-dulu yang telah lama dirindukan dan merindukan kami. Saat bertemu, senyum wajah kami pun mengembang. Tampak wajah berbinar guru-guru melihat kami. Mungkin teringat dulunya kami kecil-kecil, kini sudah menjulang tinggi dan besar-besar di usia kami yang beranjak dewasa ini.

Derai cerita pun mengalir bergantian. Kami bergantian mencium tangan beliau-beliau, teringat jasa mereka yang telah mengantarkan diri kami sampai seperti sekarang ini. Dan beliau-beliau pun memberondong kami dengan sekotak penuh popcorn (alay.com) pertanyaan. Seperti, sekarang sekolah dimana, jurusan, merembet ke kabar keluarga, lalu beranjak ke teman-teman seangkatan, dan meluncur terus ke rencana masa depan.

Sebenarnya reaksi spontan guru-guru ini sudah seringkali kutemui di masa-masa sebelumnya. Ya begitu-begitu saja sebenarnya, tanya kabar, bertukar cerita, lalu ditutup dengan mengucap harapan dan doa satu sama lain. Namun kali ini tiba-tiba terasa lebih bermakna. Kenapa? Setelah lama tidak berkunjung, hampir 3 tahun lamanya, akhirnya ada yang memenuhi lubang kosong di hati ini. Ibarat lubang kosong, terus ada pohon berbuah nan rimbun daunnya yang ditanam di sana. Hehe ya begitulah, mungkin inilah efek dari menyambung silaturahmi.

مَنْ أَ حَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ .
"Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi"
[1]

Berhubung ini reuni, aku jadi ingin membahas masa lalu. Mengingat masa lalu. Apalagi berhubungan dengan orang di masa lalu. Bagi sebagian orang akan menimbulkan luka lama atau memunculkan duka masa lalu yang terpendam. Bagi sebagian yang lain, masa lalu akan menerbitkan senyum, tawa, dan nostalgia memori bahagia. Ya, bergantung bagian masa lalu mana yang diingat. Rasa gado-gado dalam hati pasti hadir silih berganti. Acapkali orang ingin pergi jauh dari masa lalunya, ogah mengingat-ngingat dan ada pula yang terperangkap pada kenangan menyenangkan masa lalu dan terlena pada kenyataan ia telah hidup di masa kini dan akan menjalani masa depan.

Sebaiknya bagaimana? Hidup saat ini tak pernah terlepas dari masa lalu. Dan ia juga tak bisa dihapus. Kata Imam Ghozali, yang paling jauh dari hidup kita adalah masa lalu. Karena sejauh kita mengahampiri tetap tidak bisa meraih dan mengubahnya. Maka kepada masa lalu bisa kita ibaratkan seperti menginjak batu bata yang kokoh untuk bisa melongok ke luar pagar. Untuk melihat apa yang ada di luar pagar (masa depan), kita perlu benda untuk bertumpu yang kuat-batu bata (masa lalu yang sudah dijalani dan membentuk pribadi kita sekarang).

Atau melihat ke kaca spion saat berkendara sepeda motor. Tidak akan dilihat terus-menerus bukan? Yang fokus dilihat tentunya jalan yang ada di depan. Begitulah fungsi masa lalu. Sesekali diingat, untuk menguatkan motivasi perjuangan menjalani kehidupan kini dan masa depan. Agar ia tak menjadi benalu, juga tak dilupakan. Masa lalu juga perlu diikhlaskan. Mau bahagia, atau nestapa, yang lalu biarlah berlalu, ia tak akan kembali lagi :)

Nah, makanya, meski sudah berlalu, tapi jika ia meninggalkan memori manusia yang kita kenal dan mengenal kita, ya jangan dilupakan. Usahakan tetap menyambung silaturahmi. Saling mencari tahu kabar dan juga saling mendoakan. Karena siapa tau, keberhasilan kita sekarang juga karena doa orang-orang di masa lalu kita. Dan jika kita merasa nestapa sekarang, itu juga karena dosa-dosa di masa lalu yang belum mendapat maaf. Nah lho? Buruan dicari orangnya tuh. Siapa tau memang karena itu? ;)



لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ.
"Tidak masuk surga orang yang memutuskan silaturahmi".
[2]


Wallahua'lam.

diselesaikan di Rumah Cinta
Indonesia Raya, Jatim, Kota Madiun
oleh: Zulfa Fadha'il Izzah

-------
[1]Hadits shahîh. Diriwayatkan oleh Bukhari (no. 5986) dan Muslim (no. 2557 (21)).
[2]Hadits shahîh. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5984) dan Muslim (no. 2556), dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu.
Sumber Hadits: http://pustakaimamsyafii.com/menyambung-silaturahmi-meskipun-karib-kerabat-berlaku-kasar.html