Well, generasi melek internet dan dunia digital lainnya memang dominan menggunakan visual dan pencetan jari tangan untuk menikmatinya. Dan benarkah memberikan efek tak suka menulis tangan? Coba cek satu per satu aktivitas bermedia digital ini,
1) Browsing
Istilah lainnya ada searching, googling, dan berselancar di dunia maya pada awalnya akrab dari urusan ingin mencari tau banyak informasi. Browsing dilakukan dengan mengetikkan keyword pada mesin pencari (search engine) lalu muncullah situs-situs terkait. Jadi, aktivitas yang dilakukan ketika browsing menggunakan jari tangan untuk mengetik keyword, memencet link situs, dan membaca isi situs. Tambahan aktivitas lainnya yakni bisa menyimpan, mengunduh dan juga membagi informasi.
2) Gaming
Yap. Bermain online. Situs khusus maupun fasilitas dari media sosial banyak sekali hobi nge-game. Aktivitas ini relatif banyak dilakukan dengan menonton dan menggerakkan jari tangan sesuai instruksi games. Games memang melatih kecepatan dan penyusunan strategi, bergantung jenis games-nya. Kalau gamesnya berupa isian kuis, barulah mengetikkan jawaban.
3) Blogging
Udah tahu, kan?? Blogging merupakan aktivitas membuat konten website agar memberi manfaat sesuai tujuan pembuat pada pengguna website. Nah, ini dia aktivitas dunia maya yang menuntut kreativitas otak dan kelihaian bahasa. Aktivitas blogging bermuatan tulisan paling sering menggunakan ketikan jari tangan untuk menulis, mengedit, dan mendesain tampilan.
4) Chatting
WhatsApp, Kakao, Line merupakan aplikasi-aplikasi berbasis chatting, yakni digunakan untuk fungsi komunikasi pesan tulis dan suara. Mengobrol semakin mudah dengan mengetikkan kata-kata lisan menjadi tulisan, atau merekam suara. Jaringan informasi berbentuk tulisan pun viral dari aktivitas berbagi para penggunanya. Namun pertanyaannya, seberapa banyak penulis informasi berbentuk tulisan dibanding para penyebarnya?
5) Posting Sosmed
Facebook, instagram, tweeter dominan menfasilitasi kegiatan posting para penggunanya. Status tulisan, bergambar, bisa di-upload setiap saat. Bagi yang suka menulis status panjang bisa, yang pendek pun bisa, bergantung aplikasi pendukung mana yang dipilih. Mengasah kebiasaan menulis? Bagi yang rajin posting tulisan, mungkin iya, karena ada pula rajin posting status pendek yang konten bahasanya lebih seperti bahasa chatting.
6) Watching
YouTube, Instagram, dan aplikasi penyedia film seperti Viu, Hooq, memanjakan mata para penggunanya. Tinggal klik, lalu tonton. Bisa tinggalkan komentar atau subscribe pada aplikasi seperti YouTube.
Jika diambil kesimpulan dari kegiatan generasi milenial di dunia maya, blogging, chatting, dan posting sosmed paling banyak menfasilitasi tulisan oleh pengguna. Bentuk tulisan pada aktivitas chatting kebanyakan berupa percakapan. Aktivitas blogging memuat bentuk tulisan hasil narasi mirip tulisan tangan, sedangkan posting sosmed bisa keduanya.
Lantas, apakah generasi milenial tidak suka menulis? Jika yang dimaksud menulis di atas kertas, generasi milenial yang memiliki gadget pribadi berupa handphone, laptop, tablet, dan semacamnya tentu lebih sering memilih mengetik di gadget. Jika yang dimaksud menulis adalah membuat tulisan hasil catatan membaca, mendengar ceramah, atau menuangkan gagasan baru, ini perlu disurvei lebih lanjut.
Faktanya, kebiasaan membaca buku orang Indonesia baru setingkat satu buku dibaca tujuh orang berbeda dengan Jepang yang satu orang membaca empat buku, padahal kebiasaan menulis banyak dipengaruhi kebiasaan membaca. Jika kebiasaan membaca orang Indonesia baru setingkat itu, tentu bisa diprediksi bukan bagaimana kebiasaan menulisnya? Ini menjadi pe-er bersama bangsa Indonesia.