Kamis, 29 Oktober 2015

Belajar "Mengupas Ilmu" Bawang Merah


Apa yang Anda pikirkan melihat bawang merah di bawah ini?


Coba deskripsikan.
Bisa bentuk, warna, tekstur, atau mungkin Anda jadi teringat pada sesuatu?


Sudah punya gambaran?


Yakin?

Sudah benar-benar yakin ada gambaran?



Ok,
Simpan baik-baik gambaran Anda.
.
.
.
Sekarang, sampaikan gambaran itu pada kolom komentar di bawah artikel ini.
Sudah?
Ah yang benar..
Jangan hanya melewatkannya tanpa menulis sepatah kata pun ^_^
Tak usah malu-malu, hanya tuangkan saja apa yang terlintas dibenak saat kau melihat bawang merah itu.

Coba lihat lagi, itu benar-benar apa yang anda pikirkan tentang bawang merah ini?
Baiklah, sabar sebentar.

selanjutnya, lihat gambar bawang merah di bawah ini.

Seperti sebelumnya, klik "reply" pada baris komentarmu yang tadi, lalu tuliskan pendapatmu.

Selesai.
----------
Sebenarnya apa yang sedang kita pelajari?
Sebagian dari Anda mungkin sudah menuliskannya dalam kolom komentar.
Sebagian lagi mungkin sibuk menerka-nerka apa maksudnya langkah-langkah di atas.
Atau sebagian lagi tak ambil pusing ingin segera membalik halaman ini, mencari bagian paling akhir dari tulisan ini, bertanya-tanya "dimana rahasia gambar ini? Adakah tulisan tersembunyi?"

Hehe,
Mari kita ulas bersama.
Dari sedikit "permainan" di atas, setidaknya kita jadi tahu, tipe orang seperti apakah kita (Pikir sendiri:)

Bagaimana kita memandang sesuatu.
Persepsi apa yang muncul.
Hingga ungkapan adakah bekas / pelajaran yang terambil dari bacaan yang telah kita baca?

Oke, kali ini benar-benar tentang bawang merahnya.
Di gambar pertama, sekilas bawang merah terlihat dengan kulit kotor, dengan lapisan luar yang sudah busuk, pucat, bahkan mungkin ada yang mengira bawang merah ini sudah tak berguna dan sebaiknya dibuang saja.

Namun setelah melihat gambar dua,
mungkin ada yang paham bahwa ini gambar setelah bawang merah itu dikupas. Tapi masih bingung, apa hubungannya. Dan ada juga yang mendeskripsikan bawang merah itu seperti apa tampaknya, bentuk, warna, dan seterusnya. Dari itu semua,
Adakah yang bisa memetik hikmahnya?

Bawang merah itu seringkali adalah gambaran diri kita pada orang lain. Jika belum terbiasa dengan tabiat bawang, saat melihatnya kotor berlumur tanah dan ada "compang-camping" sana-sini, enggan diri ini memegang, mengupas, dan malah sampai pada simpulan, "buang saja" tanpa pernah tahu ada lapisan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya ke dalam bawang merah itu yang segar dan enak buat bumbu masakan kita.

Namun, berbeda saat sudah memegang pisau membuka lapisan terluar lalu melihat lapisan berikutnya, diri sudah membuat bawang merah itu berguna tanpa disadari. Ah, tentunya pembaca sudah bisa mengambil sendiri maksud penulis.

Saat awal berjumpa dengan penampilan luar seseorang, sering kita memberikan berbagai penilaian yang sumber asalnya tak lain tak bukan ialah prasangka kita. Coba sedikit saja membuat interaksi dengan orang itu bisa dengan menyapa, bertanya langsung, atau selidiki saja dari yang mengenal kesehariannya, orang itu bisa jadi lebih baik dari gambaran awal kita. Kuncinya: posisikan "pisau" pikiran kita mengupas "kulit" buruknya dan temukan lapisan "baik" yang ada dibaliknya.

Nah, saat itu telah terkupas dengan baik, hasilnya "bawang" itu nampak lebih "segar" dan penuh dengan manfaat.

Ini analisisku, mungkin kamu bisa menambahkannya? (:

Kamis, 15 Oktober 2015

Sampai Jumpa, Zah

00.12

Mata mengerjap setelah melirik angka yang tertera di layar ponsel. Sudah larut malam rupanya. Ah sudah biasa kalau hal ini sedang terjadi. Aku tak mungkin bisa tidur nyenyak. Pikiranku akan penuh dan rasanya seluruh tubuh enggan beranjak dari tugas ini. Ya, deadline tugas merapikan administrasi kantor memang menyita waktu tersendiri. Jika ditunda, besok akan semakin menumpuk saja beban pundakku yang sudah kurus ini.

Data di excel ini semakin membuatku pening saja. Apa yang harus kulakukan? Sedikit lagi selesai. Tenang Zah, kau pasti bisa. Rangkaian angka dan keterangan ini sudah hampir selesai di worksheet terakhir. Tentu saja beberapa menit lagi mata ini bisa terpejam dalam damai. Pikirku lega.

Tangan ini masih asyik mengetik, ketika suara ketukan pintu membuat bulu kudukku berdiri. Merinding, malam-malam begini siapa yang bertamu?

"Siapa?" tanyaku. Tapi tak ada suara menyahut.

Ketukan itu masih berlanjut.
Aku semakin bingung. Tapi dalam pikirku, tak boleh berlama-lama kubiarkan siapapun di luar sana, jika ia adalah wanita dan bertamu ke sini malam-malam, tentu ada perlu sekali.

Setelah kupastikan lagi ketukan itu masih berlangsung, aku pun menuju pintu. Kusibak sedikit tirai jendela. Kuintip siapa yang datang. Hanya tampak tentengan kardus dan panjang jilbabnya saja. Kuputuskan aman. Lalu aku pun membuka pintu dengan perlahan.

"Surprise!!"

Belum selesai pintu terbuka, wanita itu langsung menghambur memelukku. Emang dia siapa sih? Main peluk aja. Tubuhku pasrah. Pelukannya sangat kuat dan bersemangat. Setelah sekian detik yang lumayan, pelukkannya mengendur, memberiku jeda singkat yang segera membuatku tersenyum setelah mengenali wajahnya.

Dia kawan lama. Siapakah gerangan? Temanku asal sumatera. Kami bertukar kabar dan sapaan. Ia kemari kukenali sebagai kawan yang akan wisuda. Aku bertanya padanya mengapa ia mengunjungiku tanpa memberitahu.

"Aku tahu kamu masih terjaga jam segini. Kerjaan kantor kan? Kupikir daripada ke tempat umi, lebih baik aku kesini menerormu.hehe"

Aku tertawa mendengar alasannya. Ternyata besok ia masih harus mengurus beberapa hal sebelum wisuda. Jadilah ia menginap di tempatku. Lebih dekat ke kampus dari rumahku daripada dari rumahnya di jogja. Kubiarkan ia melepas lelah dan beristirahat di kamarku.

---

Hari sudah cerah, dan seperti biasa aku pergi ke kantor di pagi hari. Ia kutinggal dengan segudang pesan tentang memasak nasi dan makan sayur di rumahku saja. Dan harus memberiku kabar apapun mengenai perkembangan persiapannya.

Hari berjalan seperti biasa, hingga aku dikejutkan lagi dengan sms yang masuk ke hapeku dari pengirim tak bernama. Itu belum seberapa, isinya lebih mengejutkan lagi.

Assalamu'alaikum
Pemberitahuan kepada Saudari Zahratussyifa,
waktu Anda di dunia tinggal sampai esok hari pukul 15.54 WIB
Persiapkan diri Anda dan selesaikan urusan apapun yang penting
sebelum malaikat maut mendatangi Anda.
Konfirmasi dengan membalas pesan ini.

Bunyi sms yang aneh tapi sanggup membuat jantungku berdegup kencang dan keringat dingin muncul di sekujur tubuhku. Akhir dari sms itu membuatku bertanya-tanya, apa maksudnya. Apakah dengan menjawab aku tak siap, malaikat akan menunda kepulanganku? Atau jangan-jangan aku memang sedang di'kibuli' oleh seseorang yang ingin jahil kepadaku. Kuputuskan untuk mengabaikannya. Aneh sekali, malaikat pakai bilang-bilang segala kalau mau mencabut nyawa.

Tapi aneh, efeknya bagi diriku. Sekarang aku melihat kembali semua perbuatanku selama ini. Astaghfirullah. Hafalanku! Ya Allah, aku belum menyelesaikan bahkan satu juz saja. Apa yang sudah kulakukan selama 4 tahun kuliahku kemarin? Ilmu agamaku seolah tak bertambah sedikit pun. Berapa dosaku yang belum mendapat maaf? Berapa kali aku tanpa sengaja menyakiti kawanku? Berapa amanah dan hutang yang belum lunas kubayar? Arghh.. Apakah aku bisa pulang menghadap Allah dalam keadaan begini? Orang tuaku juga belum bahagia dengan keberadaanku. Ya Allah, aku belum siap. . .

Selagi aku merenung, temanku tiba dan melihat ekspresiku, melamun.
“Hei, Zah!”
“Ehm.,” kujawab sekenanya.
“Ah, ini aku ada hal mendadak di luar rencana.”
“Kenapa ukh?,” baru kutolehkan kepalaku menghadapnya.

Ia malah sedang beres-beres baju, dan terlihat akan pergi dari rumahku.
Wajahnya menahan haru, terus tersenyum, membuatku bertanya-tanya.
“Eh, ukh, kau ada apa beres-beres baju? Mau pergi kemana?,” tak tahan aku bertanya.

Terlihat sekali ia sedang bergegas begitu cepat membereskan barang-barangnya.
Ia mengabaikanku sebentar lalu setelah tasnya digendong di belakang, ia menoleh padaku,
“Aku dapat sms bahwa waktuku sudah tiba ukh, aku harus pergi menghadap Allah sore ini. Aku balas sms itu. Dan sebentar lagi waktuku. Aku akan dijemput. Betapa beruntung Ia memutuskan menjemputku di saat 4 tahunku di sini kuhabiskan untuk hafalan, nyantri menimba ilmu di pesantren, amalan yaumiyahku membaik, dan aku sudah jauh lebih baik mengatasi segala amanah dan aktivitas pribadi. Aku sudah rindu ukh bertemu Allah. Sampai bertemu lagi nanti. Sampai jumpa di surga.”

Air mata tak mampu kutahan. Apakah ini serius? Terbit rasa penyesalan dihatiku. Apa yang dikatakannya bagai sembilu yang menghentak seluruh syaraf kesadaran hatiku. Apakah waktuku akan ditunda? Pertanyaan itu seolah diam beku di tengah dinginnya kucuran keringatku. Ah, dia sudah pamit mendahuluiku. Tak ada kata yang keluar mengantarnya.
---

01.38

MasyaAllah, aku terbangun. Kulihat sekelilingku. Badanku terbaring di depan laptop dengan worksheet terakhir masih dalam keadaan sama. Aku melihat jam dinding, kini pukul 01.38 dini hari. Mimpi itu masih terasa nyata.

Aku menangis pelan dalam hati. Begitukah rasanya menghadapi kematian? Bagaimana dengan jadwalku besok sore? Kuharap itu juga hanya mimpi.


Sumber: google.com
Kini aku tak boleh lengah oleh waktu. Waktuku tinggal sedikit sedangkan banyak urusan yang harus kuselesaikan.