00.12
Mata mengerjap setelah
melirik angka yang tertera di layar ponsel. Sudah larut malam rupanya. Ah sudah
biasa kalau hal ini sedang terjadi. Aku tak mungkin bisa tidur nyenyak.
Pikiranku akan penuh dan rasanya seluruh tubuh enggan beranjak dari tugas ini. Ya,
deadline tugas merapikan administrasi kantor memang menyita waktu tersendiri.
Jika ditunda, besok akan semakin menumpuk saja beban pundakku yang sudah kurus
ini.
Data di excel ini
semakin membuatku pening saja. Apa yang harus kulakukan? Sedikit lagi selesai.
Tenang Zah, kau pasti bisa. Rangkaian angka dan keterangan ini sudah hampir
selesai di worksheet terakhir. Tentu saja beberapa menit lagi mata ini bisa
terpejam dalam damai. Pikirku lega.
Tangan ini masih asyik
mengetik, ketika suara ketukan pintu membuat bulu kudukku berdiri. Merinding,
malam-malam begini siapa yang bertamu?
"Siapa?"
tanyaku. Tapi tak ada suara menyahut.
Ketukan itu masih
berlanjut.
Aku semakin bingung.
Tapi dalam pikirku, tak boleh berlama-lama kubiarkan siapapun di luar sana,
jika ia adalah wanita dan bertamu ke sini malam-malam, tentu ada perlu sekali.
Setelah kupastikan lagi
ketukan itu masih berlangsung, aku pun menuju pintu. Kusibak sedikit tirai
jendela. Kuintip siapa yang datang. Hanya tampak tentengan kardus dan panjang
jilbabnya saja. Kuputuskan aman. Lalu aku pun membuka pintu dengan perlahan.
"Surprise!!"
Belum selesai pintu
terbuka, wanita itu langsung menghambur memelukku. Emang dia siapa sih? Main peluk aja. Tubuhku pasrah. Pelukannya sangat kuat dan
bersemangat. Setelah sekian detik yang lumayan, pelukkannya mengendur,
memberiku jeda singkat yang segera membuatku tersenyum setelah mengenali
wajahnya.
Dia kawan lama. Siapakah
gerangan? Temanku asal sumatera. Kami bertukar kabar dan sapaan. Ia kemari
kukenali sebagai kawan yang akan wisuda. Aku bertanya padanya mengapa ia
mengunjungiku tanpa memberitahu.
"Aku tahu kamu
masih terjaga jam segini. Kerjaan kantor kan? Kupikir daripada ke tempat umi,
lebih baik aku kesini menerormu.hehe"
Aku tertawa mendengar alasannya.
Ternyata besok ia masih harus mengurus beberapa hal sebelum wisuda. Jadilah ia
menginap di tempatku. Lebih dekat ke kampus dari rumahku daripada dari rumahnya
di jogja. Kubiarkan ia melepas lelah dan beristirahat di kamarku.
---
Hari sudah cerah, dan
seperti biasa aku pergi ke kantor di pagi hari. Ia kutinggal dengan segudang
pesan tentang memasak nasi dan makan sayur di rumahku saja. Dan harus memberiku
kabar apapun mengenai perkembangan persiapannya.
Hari berjalan seperti
biasa, hingga aku dikejutkan lagi dengan sms yang masuk ke hapeku dari pengirim
tak bernama. Itu belum seberapa, isinya lebih mengejutkan lagi.
Assalamu'alaikum
Pemberitahuan kepada
Saudari Zahratussyifa,
waktu Anda di dunia
tinggal sampai esok hari pukul 15.54 WIB
Persiapkan diri Anda dan
selesaikan urusan apapun yang penting
sebelum malaikat maut
mendatangi Anda.
Konfirmasi dengan
membalas pesan ini.
Bunyi sms yang aneh tapi
sanggup membuat jantungku berdegup kencang dan keringat dingin muncul di
sekujur tubuhku. Akhir dari sms itu membuatku bertanya-tanya, apa maksudnya.
Apakah dengan menjawab aku tak siap, malaikat akan menunda kepulanganku? Atau
jangan-jangan aku memang sedang di'kibuli' oleh seseorang yang ingin
jahil kepadaku. Kuputuskan untuk mengabaikannya. Aneh sekali, malaikat pakai
bilang-bilang segala kalau mau mencabut nyawa.
Tapi aneh, efeknya bagi
diriku. Sekarang aku melihat kembali semua perbuatanku selama ini.
Astaghfirullah. Hafalanku! Ya Allah, aku belum menyelesaikan bahkan satu juz
saja. Apa yang sudah kulakukan selama 4 tahun kuliahku kemarin? Ilmu
agamaku seolah tak bertambah sedikit pun. Berapa dosaku yang belum mendapat
maaf? Berapa kali aku tanpa sengaja menyakiti kawanku? Berapa amanah dan hutang
yang belum lunas kubayar? Arghh.. Apakah aku bisa pulang menghadap Allah dalam
keadaan begini? Orang tuaku juga belum bahagia dengan keberadaanku. Ya Allah,
aku belum siap. . .
Selagi aku merenung,
temanku tiba dan melihat ekspresiku, melamun.
“Hei, Zah!”
“Ehm.,” kujawab
sekenanya.
“Ah, ini aku ada hal
mendadak di luar rencana.”
“Kenapa ukh?,” baru
kutolehkan kepalaku menghadapnya.
Ia malah sedang
beres-beres baju, dan terlihat akan pergi dari rumahku.
Wajahnya menahan haru,
terus tersenyum, membuatku bertanya-tanya.
“Eh, ukh, kau ada apa
beres-beres baju? Mau pergi kemana?,” tak tahan aku bertanya.
Terlihat sekali ia
sedang bergegas begitu cepat membereskan barang-barangnya.
Ia mengabaikanku
sebentar lalu setelah tasnya digendong di belakang, ia menoleh padaku,
“Aku dapat sms bahwa
waktuku sudah tiba ukh, aku harus pergi menghadap Allah sore ini. Aku balas sms
itu. Dan sebentar lagi waktuku. Aku akan dijemput. Betapa beruntung Ia
memutuskan menjemputku di saat 4 tahunku di sini kuhabiskan untuk hafalan,
nyantri menimba ilmu di pesantren, amalan yaumiyahku membaik, dan aku sudah
jauh lebih baik mengatasi segala amanah dan aktivitas pribadi. Aku sudah rindu
ukh bertemu Allah. Sampai bertemu lagi nanti. Sampai jumpa di surga.”
Air mata tak mampu
kutahan. Apakah ini serius? Terbit rasa penyesalan dihatiku. Apa yang
dikatakannya bagai sembilu yang menghentak seluruh syaraf kesadaran hatiku.
Apakah waktuku akan ditunda? Pertanyaan itu seolah diam beku di tengah dinginnya kucuran keringatku. Ah, dia sudah pamit mendahuluiku. Tak ada kata yang keluar mengantarnya.
---
01.38
MasyaAllah, aku
terbangun. Kulihat sekelilingku. Badanku terbaring di depan laptop dengan
worksheet terakhir masih dalam keadaan sama. Aku melihat jam dinding, kini pukul
01.38 dini hari. Mimpi itu masih terasa nyata.
Aku menangis pelan dalam
hati. Begitukah rasanya menghadapi kematian? Bagaimana dengan jadwalku besok sore?
Kuharap itu juga hanya mimpi.
|
Sumber: google.com |
Kini aku tak boleh
lengah oleh waktu. Waktuku tinggal sedikit sedangkan banyak urusan yang harus
kuselesaikan.