Selasa, 15 Maret 2016

Surat untuk Sahabatku

Untuk sahabatku yang sedang berjuang di ranah yang aku tak ada di sana, apa kabarmu?
Aku rindu menyapamu. Lama tak bertemu.
Kau masih bersemangat, kan?
Kau masih punya idealisme yang sama seperti kita diawal kan?
Tetaplah berjuang kawan,
meski aku tak bisa bertemu denganmu setiap hari.
Aku mendoakan yang terbaik untukmu.
Semoga Allah selalu melindungi dan menjagamu.. fii amanillah..
Jangan lupa untuk jadikan sholat dan sabar sebagai penolongmu ya,
Jangan lupa bahagia selalu :))

Untuk sahabatku yang sudah bertebaran di segala penjuru bumi Allah, apa kabarmu?
Masihkan iman sejuk terasa di hatimu?
Kuucapkan barokallah telah menemukan ladang baru dalam episode hidupmu.
Kuharap engkau senantiasa merasa bahagia,
cepat beradaptasi,
dan tetap memegang prinsip bahwa yang Allah suka sebagai kesukaanmu pula.
Aku tak bisa menanyakan kabarmu setiap hari,
maka aku hanya bisa berpesan padamu,
“Tarbiyah Dzatiyah” (Perbaiki diri sendiri) tanpa kenal bosan,
Dan senantiasalah berproses menuju kebaikan dimanapun berada.
Temuilah orang-orang sholeh di sana, sempatakanlah bersilaturahmi menyapa mereka,
meski kau tak dipungkiri memiliki kesibukan pribadi,
temukan majelis-majelis berisikan air ilmu yang menyegarkan.
Aku hanya bisa mendoakanmu dari sini.
Jika kelak aku tak sering menyapamu, boleh jadi karna aku lupa,
Kau tau aku tak punya ingatan super sempurna & hanya manusia biasa,
Maka janganlah sungkan menyapaku duluan saat kau ingat.
Jika tak sempat, ingatanmu saja cukup bagiku.
Ingatan yang berujung doa dan harapan baikmu padaku.
insyaAllah, keika sekelebat ingatan tentangmu tiba padaku,
aku akan melakukan hal yang sama.

Untukmu sahabatku yang aku tak mengenalmu,
Jika kau berpikir aku tak pernah memikirkanmu,
Engkau boleh tersenyum, kenyataannya tidak begitu.
Aku terkadang di sudut hati dan sudut pikirku, bertanya-tanya tentangmu.
Bagaimana kedekatan hatimu dengan Sang Pencipta kita.
Bagaimana kabar imanmu, kamu, keluargamu.
Apakah aku tertinggal di memori sebagai kawan baik untukmu
Atau kau menyimpan kekecewaan padaku di sudut hatimu?
Yang kutakut, aku tak tau itu. Dan tak bisa memperbaikinya di matamu.
Sampaikan saja padaku..
Mungkin saja apa yang tampak tak seperti apa yang sebenarnya terjadi.
Maka jadikan pikiran positif menjadi sikap hidupmu.
Pilihan hati dan jiwa yang berusaha membersihkan diri J
Sumber: knkini.blogspot.com


Senin, 14 Maret 2016

Aku, Si Makhluk Langit yang Turun Ke Bumi

Sumber: titintitan.wordpress.com

Assalamu’alaikum..

        Kenalkan makhluk bumi, namaku hujan. Aku berasal dari langit. Setiap waktu tertentu aku diturunkan Penciptaku ke bumi. Saat itu tiba, deraian pecut malaikat akan mengaturku dan kawan-kawan berbaris rapi agar tidak saling bertubrukan. Suara nyalang teriakan malaikat penjaga kami itulah yang sering dikenal di bumi sebagai petir. Ohya sudah kukatakan kan, aku tidak sendiri diturunkan ke bumi. Aku bersama teman-temanku diturunkan dari sana. Mirip sekali dengan gerombolan kambing gembalaan yang ada di bumi itu. Cuma bedanya, penggembala kambing di bumi itu makhluk bumi bernama manusia. Kalau penggembalaku siapa lagi kalau bukan makhluk langit paling taat, sang makhluk cahaya, malaikat.

            Ngomong-ngomong soal langit, di sana juga mirip seperti bumi loh. Di sana ada penduduknya juga. Seperti penduduk bumi yang tinggal berkelompok. Mereka juga suka membicarakan kabar-kabar terbaru. Iya, kabar apa saja yang terjadi di dunia langit maupun bumi. Makhluk langit itu dekat sekali dengan Allah, Raja Alam Semesta. Kami langsung dipimpin oleh-Nya. Jadi tidak ada huru-hara di dunia langit. Setiap saat selalu aman, tentram, bahagia, sentosa, tak kurang suatu apapun. Allah Maha Adil. Segalanya diatur-Nya dengan bijaksana. Sungguh kehidupan yang menjadi idaman siapa saja. Maka, kami penduduk langit pun sangat taat kepada-Nya. Setiap hari tugas kami bertasbih memuji-Nya. Melakukan tugas-tugas yang langsung diperintahkan oleh Allah. Contohnya seperti aku ini, beruntung sekali setiap waktu tertentu bisa berjalan-jalan ke bumi. Tak semua dari kami penduduk langit diperintahkan turun ke bumi, meski begitu, kami bisa mengamati semua aktivitas penduduk bumi dari sana.

         Ah kalau malaikat lebih banyak lagi tugasnya. Bermacam-macam. Ada yang menjaga pintu gerbang langit. Ada yang mengatur jalannya garis edar planet-planet, galaksi, dan bintang. Ada yang menegakkan langit sehingga makhluk bumi bisa melihat dengan mata mereka bahwa langit kami tegak tanpa tiang. Ada juga yang bertugas khusus mencari manusia yang bertasbih kepada-Nya. Lalu diperintahkan Allah untuk menaungi mereka dan mendoakan yang baik-baik bagi manusia itu. Itu juga berlaku pada manusia yang mencari ilmu, mendatangi majelis yang membuat mereka ingat akan Allah, mencari nafkah yang halal untuk keluarganya, dan manusia yang berbuat baik. Tanpa manusia sadari, sayap-sayap malaikat itu terkepak lebar menaungi mereka saat itu.

          Kau tau, penduduk langit juga sangat sibuk sekali. Jadi heran kami, tatkala melihat makhluk bumi yang terkadang nampak santai terlihat menganggur, menonton televisi, bermain ke daerah satu ke daerah lain, tidur kelamaan, dan tidak punya rencana dalam menjalani hidupnya. Padahal tugas mereka menjadi khalifah di bumi dan beribadah pada Allah. Tentu sudah tertebak siapa yang ku maksud. Ia, siapa lagi kalau bukan manusia. Kalau binatang dan tumbuhan, mereka selalu tunduk dan patuh. Mereka berdua sengaja diciptakan Allah untuk mengikuti apapun arahan manusia. Jangan salah, mereka dalam suara-suara yang hanya kami yang bisa memahami bahasanya, selalu bertasbih pada Allah setiap waktu. Selain itu, daun gemeresik, angin bertiup, laut berombak, awan bergerak, sungai mengalir, gunung berdiri tegak di tempatnya, itu semua tasbih-tasbih makhluk bumi yang kami penduduk langit bisa mendengarnya.

         Kami pun tau ketika ada makhluk bumi yang menentang perintah Allah. Geram juga kami. Meskipun geramnya kami tidak seperti yang kau bayangkan seperti ekspresi-ekspresi pemain sinetron yang sedang acting itu. Atau seperti ibu-ibu yang sedang kesal pada anaknya. Tidak. Tidak seperti itu juga. Allah biasanya memerintahkan kami mendoakan balasan yang setimpal bagi mereka yang berbuat dosa. Neraka menggeram marah kepada pelaku keburukan. Dia bertanya-tanya, tidak adakah manusia lain yang memberi peringatan tentang beratnya siksa di dalam neraka? Kau tau, penduduk langit saja sangat takut berdekat-dekat dengan neraka, kecuali siapa saja yang bertugas menjaganya. Seperti malaikat malik. Neraka itu apinya berwarna hitam. Punya 7 tingkat dan jarak antar tingkatnya saja 70 tahun perjalanan. Mengerikan sekali.

         Sebaliknya, kami juga mendengar kabar ketika amalan baik sedang dikerjakan dengan luar biasa bagus oleh makhluk bumi baik manusia maupun jin. Maka langit kami terkadang sampai bergetar saking besarnya ganjaran Allah yang diberikan pada makhluk bumi yang taat itu. Lalu kami beramai-ramai memujinya dan membicarakannya. Terkagum dan berharap kelak makhluk itu bisa bersama kami menjadi penghuni langit. Asal kau tahu, nama-nama pelaku kebaikan itu sangat terkenal di negeri kami. Walaupun di dunia bumi, ia mungkin tidak terkenal atau bahkan dihinkan manusia yang lain. Di sini, orang itu jadi idola kami dan sering kami sebut-sebut kebaikannya. Allah sangat memuliakan pelaku kebaikan itu dengan menyuruh kami terus mendoakan yang baik-baik untuk orang itu. Surga juga sudah tak sabar menanti kedatangannya.

         Aku mau memberitahumu sebuah rahasia. Rahasia yang menyangkut dirimu, manusia. Coba simak kisah diriku. Nanti kau akan paham rahasia apa yang akan aku sampaikan. Aku hujan. Setiap saat aku beruntung bisa beberapa waktu dipergilirkan di bumi mengaliri sungai, berenang-renang di laut. Berubah lagi menjadi awan di tempat tinggalku, langit. Lalu, aku menjadi hujan lagi. Kau tau kan, aku makhluk langit. Tapi di bumi, kau juga mengenaliku sebagai air. Jadi sebenarnya aku makhluk bumi atau langit?

         Coba pikirkan baik-baik. Seperti pula kau, wahai manusia. Sekarang kau sedang tinggal di bumi. Kau ingat dahulu nenek moyangmu, Adam dan Hawa tinggalnya dimana?

             Ya, di salam surga.

             Alias di langit.

          Baru diturunkan ke bumi ketika tiba masanya karena godaan iblis. Sebenarnya tanpa godaan iblis pun, Adam dan Hawa memang akan dijadikan Allah sebagai khalifah di bumi. Beserta anak cucunya, yakni kamu, bani manusia.

            Jadi, kau ini makhluk bumi atau langit?

           Tersenyum kan sekarang J Exactly, Betul banget. Kamu makhluk langit, sama sepertiku. Akan tiba waktunya ketika kamu akan kembali ke dunia langit. Saat kamu kembali, tinggal mana pilihan tempat tinggalmu, surga yang penuh kenikmatan atau neraka yang panas membara. Dan asal kau tau, semua penghuni langit saat ini pasti menyarankanmu tinggal bersama kami di surga. Hanya para pembangkang yang menghuni neraka, sampai ngeri rasanya mendengar geraman marah neraka. Di sana, manusia dibakar dosa-dosanya karena banyak melanggar perintah Allah. Tak ada yang hidup juga tidak ada yang mati. Benar-benar siksaan lahir batin. Mungkin kapan-kapan akan aku ceritakan. Hindarilah neraka sekuat-kuatnya. Jangan lupa untuk meniatkannya mulai sekarang, imbangi dengan menabung amalan baik semasa hidupmu di bumi saat ini. Apa-apa yang disukai Allah, kerjakan. Karna baru saja lubang pintu neraka dibuka sebesar bentuk tautan jempol dan telunjuk saja, kami tak kuat dengan hawa panasnya.

             Kuberi tau satu rahasia lagi. Ini sudah kuulang-ulang dan tersirat sejak awal.

             Rahasia itu adalah: Penduduk langit punya tabiat berbuat baik.

            Maka untuk kembali seperti fitrahmu menjadi penduduk langit, ingatlah betul-betul, selama ini kau sebenarnya makhluk yang mencintai kebaikan. Tenang saja, mentaati aturan Allah itu sangat menentramkan hati meskipun terlihat sulit pada awalnya. Jika sudah terbiasa, efeknya dalam kehidupanmu sungguh positif, berbanding terbalik dengan efek dosa pada kehidupanmu, sangat menyengsarakan di sisa waktu dan terlihat nikmat saat melakukannya. Berhati-hatilah membedakannya. Allah sudah memberikan panduan terbaik-Nya dalam  Al Qur’an dan Sunnah Rasulmu. Semua sudah diberikan Allah kesempatan dan sarana yang sesuai kondisi masing-masing untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Hidayah atau petunjuk sudah berseliweran mendatangimu. Ambilah dan gapai sebanyak-banyaknya hidayah itu. Taufiq Allah akan tiba untuk menjagamu.

         Cukup sudah hari ini,  Lain waktu insyaAllah (kalau Allah menghendaki, yaaa tapii..) kita sambung lagi J

Aku sudah dipanggil sama penggembalaku, si makhluk cahaya.


Wassalamu’alaikum.. see you..


*)kisah ini fiksi, namun bukan berarti tidak berasal dari peristiwa nyata :)

Takdir

Assalamu’alaikum, Saudaraku J

Apa kabar Imanmu hari ini? ^^ Semoga kita tidak lupa, dan
senantiasa dalam penjagaan-Nya.
Berbicara tentang rukun iman yang ke-6 ini, manusia hanya diberi tahu sedikit sekali apa-apa yang berkaitan tentangnya. Ialah rukun iman terakhir setelah kepada Allah, Malaikat, Kitab-Nya. Rasul, dan Hari Kiamat. Masih ingatkah kita? J “Sesuatu yang misteri” setelah keyakinan terhadap hari kiamat.
Ya, ialah keyakinan kepada takdir.
Takdir itu apa sih? Ia adalah ketentuan Allah. Apa iya langsung semata-mata Allah yang menentukan? Seperti kata orang kafir, “Kalau aku hendak menjadi baik, tentu Allah sudah mentakdirkan aku menjadi orang baik. Aku seperti ini (menjadi kafir) karena takdir!” Bisakah itu dibenarkan? Simak terus ulasan berikut ini.

KISAH UMAR TENTANG TAKDIR

Saat itu, Umar dan para sahabat sedang melakukan perjalanan
ke luar kota Madinah. Di tengah perjalanan, tersiar kabar bahwa kota tujuan mereka sedang terkena wabah penyakit. Dan para sahabat pun berunding apa yang sebaiknya mereka lakukan, meneruskan perjalanan atau kembali pulang ke Madinah. Salah satu di antara mereka bertanya kepada Umar, apa pendapat Umar. Lalu Umar pun memberikan pendapat sebaiknya mereka serombongan pulang saja kembali ke Madinah.

Salah seorang sahabat yang lain kemudian menanggapi, “Kenapa tidak kita teruskan saja perjalanan ke kota itu? Kalau takdir Allah berkata kita tidak terkena wabah, kita pasti tidak apa-apa. Kenapa engkau harus takut? Berarti sekarang engkau sedang lari dari takdir Allah.” Begitulah kira-kira bantahan sahabat jika disampaikan dengan gaya bahasa masa sekarang.

Umar pun menimpali, “Iya betul.” Di titik ini aku sedikit terkejut bahwa Umar tidak membantah. Namun jawaban berikutnya menunjukkan kepahamannya yang luar biasa terhadap konsep Takdir, “Aku sedang lari dari takdir satu kepada takdir lainnya.”

PENJELASAN

Apakah Saudaraku sudah memahami maksud percakapan di atas? Semoga saja sudah. Jika belum, semoga sedikit ulasan ini bisa membantu. Di antara kita, mungkin ada yang bertanya-tanya, Apa yang Umar maksud “takdir Allah yang satu kepada takdir Allah yang lain”?

Umar dan rombongan meneruskan perjalanan ke kota tujuan dengan kemungkinan terkena wabah penyakit lebih besar itu merupakan “takdir yang satu”. Sedangkan, kembali ke Madinah agar tidak terkena wabah itu merupakan “takdir yang lain” dalam konteks kisah ini.

Umar mengatakan hal itu bukan berarti Umar takut kepada takdir. Umar hanya berusaha memilih kemungkinan “takdir yang lebih baik” dari kemungkinan “takdir yang lebih buruk” karena sangat mempertimbangkan maslahat (manfaat) dan madharat (kerugian) saat memilih keputusan untuk ‘takdir’ orang banyak.

Peristiwa ini mengajarkan hikmah bahwa takdir memang baru diketahui ketika sudah terjadi. Tetapi jangan lupa, manusia sendirilah yang membuat keputusan takdirnya mengarah kemana, kebaikan, atau keburukan (menurut Allah maksudnya). Itulah mengapa diperlukan pertimbangan logis berdasarkan ilmu saat mengambil keputusan-- yang berarti sedang memilih ‘takdir.’ Kita namakan pertimbangan-pertimbangan itu ikhtiar (usaha).

Ketika sudah diputuskan pun, untuk menghindari kemadharatan atas pilihan kita, karena apa yang akan terjadi masih misteri yang Allah genggam, Allah sediakan istikhoroh dengan senjata berupa doa untuk dihalangi dari keburukan pilihan. Di sinilah peran “prasangka baik” alias “khusnudzon” terhadap segala ketentuan Allah menjadi sangat penting.

Bentuk implementasi iman yang ke-6 ini terwujud dalam “Keyakinan” bahwa Allah tidak akan membiarkan keburukan menimpa hamba-Nya, sehingga manusia yang berharap hanya kepada Allah tentu tidak akan mengalami kecewa berkepanjangan tatkala hasil tidak sesuai harapan.
ia tau Allah sedang memberinya ujian kesabaran yang menggerakkannya melebihkan syukur pada nikmat yang lain. Dan tidak berbahagia berlebihan tatkala hasil sesuai harapan, karena ia tahu hasil itu bisa terwujud semata-mata atas kehendak Allah, sehingga ia tak boleh lupa bersyukur dan bersabar dalam waktu yang bersamaan pula.
---
*tulisan ini terinspirasi dari penyampai materi Madrasah Tulabiyah pekan lalu.
Madrasah Tulabiyah adalah program kuliah materi Islam yang diadakan oleh Lembaga Pendidikan Islam Mujahidin (Lpim Uny) setiap Senin-Rabu di Islamic Education Center Masjid Mujahidin Uny pukul 16.00- selesai.

Kamis, 10 Maret 2016 @Selasar Qowwy

Sumber: muhammadrizqigumilar.blogspot.com

Jumat, 22 Januari 2016

Film 3: Alif Lam Mim yang Tayang Di NET TV

Saya sebagai penonton Film 3 (Alfi Lam Mim) yang ditayangkan di bioskop, merasa bahwa film 3 yang ditayangkan di TV dan rilis di masyarakat itu telah menggeser makna yang dibawa film di awal. Apa pasalnya? Sebabnya antara lain karena banyak dialog pemain yang di-cut (potong) alias dihilangkan dari film awalnya, sehingga film 3 yang beredar luas dengan label NET TV di masyarakat sekarang ini sudah bukan yang ditonton bersama di bioskop awalnya.

Film 3 yang ditonton saat Nobar (nonton bareng) KOPFI (Komunitas Pecinta Film Islami) Jogja, durasinya saja sudah sangat pendek, hanya sekitar satu setengah jam. Namun, dengan dialog full tanpa pemotongan, menjadikan karya Anggy Umbara ini penuh makna dan sangat berkesan. Banyak pelajaran yang bisa diambil lewat dialog-dialog tersebut. Seperti kehangatan keluarga Lam di meja makan. Saya rasa itu tidak mengandung SARA, tapi tetap dipotong juga. Akibatnya, film yang sudah mengangkat tema serius ini kesannya tambah 'horor' saja.

Saya mengerti, Film 3 mengangkat tema kontroversial dalam pandangan masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun genre film ini seperti yang saya ulas di Testimoni Penonton Film 3: Alif Lam Mim, adalah action, romance, dan religi. Jujur saja, gereget ketiganya jadi kurang terasa di film 3 yang tayang di televisi. Saya berharap, para penonton film 3 yang telah dirilis tidak berpuas diri menontonnya sendirian, karena Anda sedang ter'tipu' dan kehilangan dialog-dialog penting. Saran saya, menontonlah bersama dengan salah satu teman Anda yang sudah pernah Nonton bareng Film 3: Alif Lam Mim yang diadakan oleh KOPFI atau yang ketika itu ramai-ramai ditayangkan di bioskop CGV Blitz berbagai kota sebelum rilis di televisi. Tentunya teman Anda harus orang yang 'titen' atau pemilik memori yang kuat agar dia bisa memberi tahu Anda bagian mana yang hilang dari Film 3 yang telah ditayangkan di televisi.

Anyway, saya sangat apresiasi pada NET TV yang mau menayangkan film ini pertama kali di pertelevisian Indonesia. Dan masukan saya pada pihak pen-"sensor" adegan dalam film, agar lebih balance lagi. Film yang memotivasi dan membuka cakrawala masyarakat terhadap dunia pemerintahan yang penuh strategi semoga tak hanya berakhir di sini. Namun akan ada seri selanjutnya dari film 3 yang sangat ditunggu kehadirannya. Mari dukung perfilman Indonesia berkembang menjadi perfilman yang berisi hal-hal positif dan mendukung kemajuan moral bangsa serta mendidik anak bangsa menjadi kreatif, inovatif, dan cinta tanah air.

Cuplikan film 3 yang tayang di NET TV dan telah beredar luas di masyarakat